Posko itu Bernama Belarasa (2)


Dini hari itu juga, sekitar 200 pengungsi (mereka tidak hanya Katolik) mengungsi ke Gereja Babadan. Mereka menempati aula panti paroki. Lokasi Gereja Babadan hanya 23 km dari puncak Merapi. Posko Belarasa tidak lagi hanya sekedar menyalurkan bantuan, tetapi juga secara langsung dan terorganisir menyediakan seluruh kebutuhan para pengungsi. Selain itu, anggota WKRI (Wanita Organisasi Katolik Indonesia) dan ibu rumah tangga umat setiap hari memasak makanan siap di dapur umum.

Mengingat tidak ada kepastian apakah letusan akan berhenti atau akan terjadi dengan yang lebih kuat, atas inisitif Rm. Robertus Triwidodo, Pr - pastor paroki, meminta para pengungsi pindah ke lokasi yang jauh dan aman: Gereja Ganjuran, sekitar 20 kilometer dari Babadan. Pertimbangan lain, umat sekitar gereja, begitu pula penduduk setempat, kebanyakan telah pergi mengungsi, sehingga akan menyulitkan pelayanan terhadap para pengungsi yang berdatangan dari kawasan lereng Merapi.

Didampingi relawan, hari itu juga para pengungsi pindah ke Ganjuran. Di sana, pelayanan terhadap dan penyediaan kebutuhan seluruh pengungsi, dipersiapkan bersama oleh para relawan dari Posko Belarasa Babadan serta relawan, OMK, dan umat dari Paroki Ganjuran.

Di Gereja Babadan, sejumlah relawan, umat dan OMK, tetap aktif menjalankan kegiatan pelayanan terhadap pengungsi melalui Posko Belarasa Babadan. Mereka siang malam tinggal dan bekerja di aula, tak jauh dari pasturan di mana Rm. Robertus Triwidodo, Pr tinggal. Bantuan yang terus berdatangan(makanan, pakaian, selimut, dll) dari berbagai pihak dipilah dan dikemas, lalu mendistribusikannya ke posko pengungsi di Turi, Tempel, Muntilan, dan posko lain.