Posko itu Bernama Belarasa


Kami menyebutnya Posko Belarasa (Pusat Bantuan Belarasa). Nama itu dipilih karena kami benar-benar ingin pengungsi akibat erupsi Merapi mendapat pertolongan berlandaskan kasih.

Selasa, 26 Oktober, 2010, erupsi pertama Gunung Merapi terjadi. Erupsi disertai pelepasan awan panas dan material vulkanik setinggi 1,5 kilometer yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo, Cangkringan. Erupsi ini menyebabkan orang-orang yang hidup di sekitar kawasan itu harus dievakuasi.

Erupsi tersebut mengetuk pintu hati semua pihak untuk bekerja sama  mengurangi dampak bencana. Sejak 27 Oktober (hari kedua erupsi) bantuan mulai berdatangan, baik dari umat maupun berbagai pihak dari luar paroki yang berempati terhadap pengungsi. Bagi banyak pihak luar, Paroki St. Petrus & Paulus Babadan dianggap lebih mengetahui lokai pengungsi yang memerlukan bantuan dan karena itu diminta menyalurkan bantuan yang mereka berikan.

Semua bantuan segera disalurkan melalui posko pengungsian di Glagaharjo SDN Cangkringan untuk dibagikan kepada pengungsi. Saat itulah embrio Posko Belarasa terbentuk. Walau posko pengungsian telah didirikan, erupsi pertama itu dianggap belum terlalu berbahaya. Masih banyak orang di sekitar lereng Merapi masih tinggal di rumah mereka.

Jumat, 5 November, 2010, dini hari, Merapi meletus lagi. Letusan kali ini jauh lebih kuat daripada minggu sebelumnya. Posko pengungsi di Glagaharjo SDN Merapi tertimbun material vulkanik. Semua bantuan logistik ikut terkubur. Kawasan lereng Merapi hingga radius 20 km dari puncak, dinyatakan sebagai daerah berbahaya, termasuk Cangkringan. Semua penduduk yang berada di kawasan itu dievakuasi ke tempat yang lebih aman, di luar radius 20 km.