Latar Belakang

     PAROKI St. Petrus dan Paulus Babadan, dengan Gereja St. Petrus & Paulus Babadan sebagai gereja induk, terletak sekitar 14 km di utara Yogyakarta, sekitar 22 km di selatan puncak Merapi. Letak geografis ini berpengaruh signifikan terhadap keberadaan dan pelayanan Paroki St. Petrus dan Paulus Babadan.
     Di satu sisi, perkembangan kota Yogyakarta yang cenderung mengarah ke utara, ditandai munculnya pemukiman baru, menyebabkan jumlah umat Katolik di Paroki St. Petrus & Paulus Babadan bertambah dari waktu ke waktu. Dinamika ini penting diantisipasi agar pelayanan optimal tetap dapat diberikan.
     Di sisi lain, karakter Merapi sebagai salah satu gunung api teraktif dengan potensi erupsi yang membahayakan masyarakat sekitar, menyebabkan Gereja St. Petrus & Paulus harus siap menolong para pengungsi manakala erupsi terjadi seperti tahun 2010 lalu. Terlebih karena Gereja St. Fransiskus Xaverius,  yang berinduk ke Paroki Babadan, terletak di Cangkringan, sekitar 8 km dari puncak Merapi.
     Sebelum Juni 2013, bangunan yang digunakan sebagai panti paroki adalah bekas gedung SMP Sanjaya. Gedung tua ini diperbaiki secara tambal sulam agar tetap layak digunakan. Ruang kelas disekat-sekat agar tersedia tempat bagi pengurus Dewan paroki, OMK, Putra Altar, termasuk ruang untuk pastur paroki.
     Pengalaman saat erupsi Merapi, seluruh ruangan harus difungsikan untuk menampung para pengungsi dan sekaligus menjadi pusat kegiatan para relawan yang bergabung dalam Posko Belarasa untuk menyalurkan bantuan. Pelajaran berharga dari pengalaman tersebut: bangunan tua itu sudah tidak layak lagi digunakan.
     Semua itu menumbuhkan keyakinan kuat bahwa Rekonstruksi Panti Paroki & Pelayanan Pastoral Gereja St. Petrus & Paulus Babadan, mendesak dilakukan. Adanya gedung baru memungkinkan pelayanan bagi umat maupun sesama dapat ditingkatkan, baik dalam kondisi normal maupun saat darurat seperti ketika erupsi Merapi terjadi.***

Baca juga:
Posko itu Bernama Belarasa
Panti Paroki untuk Penyintas Merapi